DOSEN INAIS JADI DELEGASI UPI PADA KONFERENSI DI UNIVERSITY OF SYDNEY, AUSTRALIA

Bogor, Kabar terbaru datang dari salah satu dosen INAIS yang berhasil lolos dan menjadi salah satu delegasi Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) pada kegiatan Joint Seminar dan konferensi di University of Sydney, Australia.

“Kita disambut oleh Sydney University pada tanggal 20 Februari, ada 3 orang presenter terpilih dari mahasiswa S3 yaitu pak Jeni, bu Kholifatul, dan saya sendiri” lanjut Ima.

Kegiatan yang mengusung tema “The Transformation of Educational Administration in the 21th Century for Quality and Character Education” berlangsung selama 5 hari pada 18 – 22 Februari 2020. Ima Rahmawati, M.Pd dosen manajemen pendidikan INAIS yang sedang menjalankan program doktor di UPI, Bandung terpilih sebagai salah satu dari ketiga presenter pada ajang konferensi berkelas di Sydney, Australia.

“Kita diterima di Sydney University untuk melakukan studi banding, kunjungan sekaligus konferensi disana. kita buka situs dan coba menghubungi via email untuk menjalin hubungan dan kerjasama karena sebelumnya kita belum punya jejaring di Sydney, dan akhirnya kami diterima oleh staf University of Sydney” ucap Ima.

Proses yang ditempuh untuk dapat terpilih sebagai delegasi tidak semudah yang dibayangkan, Ima sendiri harus melewati beberapa tahap agar dapat berangkan ke Australia.

 “Awalnya calon delegasi UPI dipanggil oleh dekan dilihat dari IPK, dan saya jadi salah satu yang tertunjuk, kemudian calon delegasi ditugaskan untuk membuat paper sesuai dengan tema yang suah ditentukan oleh dekan dan saya membuat paper dengan sub tema leadership. Ga cukup sampai disitu, namun banyak sekali tahapannya hingga sampai dapat tiga orang delegasi terpilih sebagai presenter pada kegiatan konferensi tersebut” jelas Ima.

Ima termasuk dosen yang senang dengan budaya literasi terutama literasi jurnal atau karya tulis ilmiah lainnya. Berkat keuletan dan komitmennya dengan literasi, Ima mampu membuat karya tulis ilmiah yang mengantarkan Ima ke Negeri Kanguru, Australia.

“Saya terpilih bersama karena paper yang saya buat itu sesuai dengan Sydney University, disana kita di terima di Faculty of Art and Social Science (FASS) oleh Jun Seok Yang” ujar Ima.

Tak hanya konferensi, namun Ima, dosen INAIS diberikan pelatihan bagaimana mensubmit jurnal yang terindeks Scopus tanpa harus mengeluarkan biaya yang tinggi.

“Pengalaman saya di Sydney University itu sangat luar biasa untuk lima hari, berkat kunjungan kesana saya dapat mengetahui bagaimana men-submit jurnal yang terindeks Scopus, ini tentunya ilmu yang sangat berharga khususnya bagi saya untuk mempermudah menyelesaikan tugas akhir program doktor saya di UPI” pungkasnya.

Ima menyarankan agar kelak mahasiswa INAIS dapat mengunjungi Sydney University, untuk belajar mengenai kultur perkuliahan dan pendidikan di Sydney yang dapat dijadikan sebagai contoh bagi mahasiswa INAIS, terutama untuk dapat belajar mengenai jurnal yang sudah terindeks nasional maupun internasional.

“Saran saya untuk kedepannya INAIS lebih fokus lagi dalam membuat karya tulis ilmiah, dan mulai membiasakan diri beradaptasi dengan karya tulis ilmiah” jelasnya.

“Salah satu upaya untuk mengembangkan kompetensi mahasiswa adalah dengan cara mereka berkreatifitas dan melakukan pembiasaan yang diarahkan oleh para pengelola universitas dan untuk menciptakan habit itu harus ada penggeraknya baik itu rektor, dekan maupun dosen” lanjut Ima.

Menurut Ima hal yang paling sulit adalah berkreatifitas dan yang terakhir adalah menciptakan. “tanpa membaca kita tidak mungkin dapat berkreatifitas, maka dari itu saya menyarankan kepada mahasiswa saya di INAIS agar dapat meningkatkan budaya literasi sejak dini dan membiasakan diri dengan karya tulis ilmiah” jelasnya.

Tak hanya sampai ke Negeri Kanguru, tahun ini juga Ima diberikan kesempatan untuk berangkat ke Korea Advanced Institute of Science and Technology (KAIST), Korea oleh pihak UPI dan Sydney University.

“Alhamdulilah tahun ini saya diberikan kesempatan lagi untuk terbang ke Korea untuk kegiatan konferensi juga” jelasnya.

Ima berharap mahasiswa INAIS dapat mengikuti jejak para dosen INAIS juga Ima sendiri. “Minimal mereka dapat menciptakan cenderamata untuk mereka sendiri misalnya dengan menulis dan menerbitkan jurnal yang terindeks nasional maupun internasional” tutur Ima.

“Jadi ketika mereka lulus mereka tidak hanya meninggalkan skripsi di perpustakaan kampus, namun nama mereka tercantum dibeberapa link jurnal, google schoolar minimalnya” tutupnya. Jum’at (28/02/2020).

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *