Pengabdian kepada Masyarakat: INAIS Gelar Workshop Penguatan Karakter untuk Guru MI

Bogor, INAIS – Demi melaksanakan salah satu tridarma perguruan tinggi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Institut Agama Islam Sahid (INAIS) Bogor menggelar workshop penguatan pendidikan karakter bagi guru madrasah ibtidaiyah (MI). Acara ini diikuti 30 guru MI dari Kecamatan Pamijahan, Bogor.

Hadir dalam kesempatan itu, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan INAIS Dr H Joko Trimulyo SH MPd, Ketua Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) INAIS Ir H Rusdiono MPd, dan sejumlah mahasiswa INAIS.

Berlangsung di Aula Balai Edi Kampus INAIS Gunung Menyan, Pamijahan, Bogor, pada Rabu (8/9), workshop menghadirkan dua pembicara dosen INAIS: Dr A Abbas Arby dan Dr Tgk H Zulfikar Ismail Lc MA. Abbas Arby menyampaikan materinya secara langsung di hadapan peserta dengan protokol kesehatan, sedangkan Zulfikar Ismail yang sedang berada di Aceh menyampaikan materinya secara online menggunakan aplikasi Zoom.

Dalam sambutan pembukaan, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan INAIS Dr H Joko Trimulyo SH MPd mengatakan, pendidikan tidak hanya transfer ilmu (knowledge) tapi juga transfer nilai-nilai (value). Karena itulah pendidikan karakter sangat penting diberikan kepada para siswa, khususnya di jenjang pendidikan dasar.

Joko menyebutkan, pendidikan karakter tidak hanya menjadi tanggung jawab guru di sekolah. Tapi juga orangtua dan masyarakat, termasuk perguruan tinggi. Karena alasan itulah workshop ini diselenggarakan.

Workshop penguatan pendidikan karakter bagi guru MI ini merupakan salah satu program pengabdian INAIS kepada masyarakat yang menjadi salah satu tridarma perguruan tinggi,” ujarnya.

Sebelumnya, Ketua Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) INAIS Ir H Rusdiono MPd mengatakan, kegiatan pembelajaran selama pandemi sangat merugikan masyarakat. Pasalnya, guru kesulitan memberikan pendidikan karakter kepada siswa melalui pembelajaran online (daring). Akibatnya, pendidikan karakter untuk anak didik tidak memenuhi harapan. Bahkan mengalami penurunan.

“Anak yang semula rajin mengaji dan shalat dhuha di sekolah, kini lebih sibuk dengan gadgetnya dan malas melakukan kebiasaan baik yang biasa dilakukan di sekolah bersama guru-gurunya,” paparnya. []